1.1.a.8. Koneksi Antar Materi -
Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Assalamu'alaikum
wr.wb
Salam
dan bahagia.
Bapak/Ibu
guru hebat, berikut ini saya sampaikan hasil Koneksi Antar Materi berupa
kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara dari modul 1.1
REFLEKSI PERSONAL
1. Pikirkan dan tuliskan satu pengalaman anda terkait proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) ?
Pemikiran
besar yang dilahirkan dari buah karya Ki Hajar Dewantara sangat melegenda di
benak masyarakat Indonesia. Beliau mencetuskan semboyan “Ing ngarso sung
tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun
semangat, kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)” yang
kini menjadi insiprasi besar bagi kalangan guru dalam dunia pendidikan dan
biasa disebut dengan Triloka.
Berikut
adalah cerita salah satu pengalaman saya terkait proses pembelajaran yang
merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD).
Sekolah
saya merupakan sekolah SD negeri yang terletak ditengah kota. Pada mata
pelajaran PAI di kelas, pemahaman tentang materi pendidikan agama islam banyak
peserta didik yang belum memahami dan tidak melakukan kegiatan keagamaan
dirumah, hal ini tergambar juga pada tiap kelas yang bisa membaca tulisan arab
kurang dari 50% dan tidak melaksanakan kewajiban sehari-hari. Padahal seharusnya
usia anak sekolah dasar merupakan usia dimana
usia yang sangat baik dalam membentuk karakter atau kebiasaaan yang baik
dalam kehidupannya.
Dari
adanya penemuan tersebut saya bercerita kepada guru senior dan teman sejawat
untuk mengungkapkan ide membuat sebuah kegiatan yaitu membaca Asmaul Husna.
Pemilihan Asmaul Husna sendiri dikarenakan dalam PAI terdapat materi yang
memuat materi asmaul husna di setiap jenjang. Dari diskusi kecil tersebut guru
senior dan teman sejawat setuju dan bersama guru senior kami sepakat bisa
diangkat dalam rapat tahunan.
Akhirnya
dalam rapat yang dilakukan pada awal pembelajaran 2022/2023 saya mengusulkan
ide tersebut dan Bapak Kepala Sekolah menyetujui kegiatan tersebut. Dan
disepakati bahwa kegiatan membaca Asmaul Husna dilakukan setiap hari kamis pagi
di halaman sekolah pukul 6.30 WIB dan harus diikuti oleh seluruh siswa.
Pembacaan Asmaul Husna dipimpin oleh Guru PAI, Kegiatan tersebut terlaksana pada bulan agustus awal dan
berjalan sampai saat ini.
Setelah kegiatan
tersebut berjalan dengan lancar saya menambahkan 1 kegiatan lagi setelah
pembacaan Asmaul Husna yaitu Guru PAI secara bergantian menceritakan 1 Kisah
Teladan dari para Nabi, Sahabat, Tokoh Islam atau Kisah keseharian yang
mencerminkan teladan yang baik. Kami bersyukur kegiatan ini mendapatkan
apresiasi yang luar biasa dari peserta didik. Kegiatan ini masih berlangsung
dan menjadi kebiasaan baik yang terus berjalan hingga saat ini.
2.
Bagaimana perwujudan menuntun yang saya lihat dalam
konteks Sosial Budaya di daerah saya?
Perwujudan menuntun yang saya lihat
terkait dengan konteks sosial budaya di daerah saya adalah terjadinya
pertukaran kebudayaan antar satu tempat dengan lainnya. Pertukaran kebudayaan
ini bukan berarti merubah atau menghilangkan kebudaayan tersebut namun hal ini
akan semakin menguatkan jati diri bangsa.
Salah satu kegiatan di sekolah saya
untuk pengenalan budaya daerah lain adalah dengan adanya kegiatan tari Remo
yang dilaksanakan setiap hari Rabu pagi di halaman sekolah. Tari Remo yang
sudah rutin dilakukan sejak Surabaya mencetak rekor MURI dunia ini mendapatkan
antusias yang luar biasa dari peserta didik. Tari Remo yang berasal dari
Jombang, Jawa Timur ini merupakan budaya yang harus di lestarikan dan dijaga
oleh warga Indonesia, salah satunya dengan mengenalkan filosofi Tari Remo dan
membangkitkan minat peserta didik untuk menjaga dan melestarikannya.
Mengingat saat ini budaya luar negeri
sudah menjajah dan masuk Indonesia, jadi sudah seharusnya kita sebagai pendidik
menanamkan dan mengedukasi peserta didik sejak dini agar mencintai seni dan
budaya dalam negeri. Dan peran pendidik disini sangat penting sebab pengaruh
dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial
budaya Indonesia. Disinilah peran penting pendidik untuk menuntun peserta didik
di tengah maraknya budaya asing yang masuk ke Indonesia. Mengadopsi budaya
asing itu boleh namun jangan lupa untuk menyesuaikan dengan identitas dan
konteks yang ada di Indonesia.
3.
Mengapa Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan
Kodrat Alam dan Kodrat Zaman?
Pendidikan itu haruslah mempertimbangkan
kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
pelaksanaannya berdasarkan
lingkungan tempat tinggal peserta didik. Sumber belajarnya berasal dari
lingkungan sekitar peserta didik. Jadi peserta didik lebih mudah mendapatkan
pengalaman belajar karena sumber belajarnya berasal dari pengalaman hidup dan keseharian di daerah peserta didik.
Sumber belajar peserta didik yang tinggal di lingkungan pantai berbeda dengan
sumber belajar peserta didik yang tinggal di lingkungan pesantren. Pendidik
sebagai pamong harus bisa menuntun peserta didik sesuai dengan karakter
lingkungan sekitar dimana peserta didik tinggal sebab karakter daerah tempat
tinggal peserta didik juga berperan membentuk kepribadian peserta didik.
Misalnya : Lingkungan peserta didik yang
tinggal di daerah pesantren. Sumber pembelajaran juga banyak digali dari daerah tersebut. Keseharian
santri yang hidup di pesantren dengan cara berbagi kamar, berbagi tempat tidur,
berbagi makanan, berusaha menjaga kerukunan dalam interaksi keseharian, berdoa
setiap memulai kegiatan, pembiasaan antri, tertib beribadah dan mengaji, saling
membantu, dan lain-lain. Ini menunjukkan adanya sifat baik, saling menghormati,
saling membantu, beriman dan disiplin. Perilaku dari peserta didik pesantren
ini juga dapat diterapkan di kelas saat pembelajaran di sekolah.
Seluruh kegiatan yang dilakukan di
Pesantren banyak manfaatnya untuk diterapkan di kelas dan di sekolah. Misalnya,
saat bertemu guru mengucapkan salam, sebelum memulai pelajaran berdoa dulu,
menyelesaikan tugas tepat waktu, antar peserta didik saling membantu apabila
ada yang menemukan kesulitan, suka berbagi, dan lain-lain.
Sedangkan kodrat zaman lebih kepada
bagaimana seorang guru mampu membimbing peserta didik memasuki abad 21.
Maksudnya pendidikan yang dilalui peserta didik sesuai dengan zamannya. ilmu itu memang harus mengambil dari berbagai
sumber. Mengambil ilmu harus keluar dari zona nyaman kita. Kita harus menambah
terus pengetahuan kita. Ki Hajar Dewantara sendiri memodelkan pendidikannya
banyak mengambil konsep konsep pendidikan luar, Seperti Maria Montessori, Froble atau Rabindranath Tagore. Hal ini
sesuai dengan prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara “Konvergensi”. Namun
meskipun beliau mendorong kita untuk belajar dari luar, ada prinsip lain yaitu
“Konsentris” Belajar dari luar itu boleh harus malah, tapi jangan lupa
disesuaikan juga dengan identitas dan konteks yang ada di hidup kita
masing-masing. Ki Hajar Dewantara sendiri, meskipun sudah banyak mengambil ilmu
dari luar lalu membuat filosofi sekeren itu namun prakteknya tetap disesuaikan
sama konteks Indonesia di zaman itu.
4.
Apa Relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang
berhamba (berpihak) pada peserta didik” dalam peran saya sebagai pendidik?
Sebagai seorang pendidik dalam
mentransfer pengetahuan dan keterampilan maupun sikap mengutamakan serta
menghargai keunikan, karakteristik yang berbeda-beda dari masing-masing peserta
didik. Pendidikan yang memanusiakan dan memerdekaan adalah konsep pendidikan
yang mengantarkan peserta didik didik pada pertumbuhan dan perkembangan dalam
menemukan, mengembangkan, serta menjadikan peserta didik didik sebagai manusia
yang utuh dan penuh atas dirinya. dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi
minat dan bakat yang dimiliki setiap peserta didik. Guru tidak lagi berperan
sebagai sumber utama dalam pengetahuan, melainkan pendidik seharusnya berperan
sebagai fasilitator yang mendampingi proses pembelajaran dan melayani kebutuhan
peserta didik didik dengan memenuhi hal yang bisa membuat peserta didik didik
tersebut berkembang secara optimal salah satunya adalah membuat suasana nyaman
untuk belajar
Menyiapkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik serta menyediakan media yang
kekinian dan menyenangkan akan menumbuhkan dalam diri peserta didik rasa senang
dan bahagia saat proses belajar berlangsung. Kondisi ini akan bisa memudahkan
mereka untuk menyerap ilmu pengetahuan sehingga akan membawa hasil yang
memuaskan. Sebab jika peserta didik sudah nyaman maka akan memiliki perasaan
yang senang dan jika sudah senang maka apapun yang dilakukan adalah memaksimalkan
potensinya supaya tercapai.
Jadi Pendidikan itu bukan untuk merubah
kodrat manusia, namun pendidikan itu lebih kepada membantu peserta didik untuk
memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri.