Rabu, 30 Agustus 2023

Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 


1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 

Assalamu'alaikum wr.wb

Salam dan bahagia.

Bapak/Ibu guru hebat, berikut ini saya sampaikan hasil Koneksi Antar Materi berupa kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara dari modul 1.1

REFLEKSI PERSONAL

 

1.      Pikirkan dan tuliskan satu pengalaman anda terkait proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) ?

Pemikiran besar yang dilahirkan dari buah karya Ki Hajar Dewantara sangat melegenda di benak masyarakat Indonesia. Beliau mencetuskan semboyan “Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat, kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)” yang kini menjadi insiprasi besar bagi kalangan guru dalam dunia pendidikan dan biasa disebut dengan Triloka.

Berikut adalah cerita salah satu pengalaman saya terkait proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD).

Sekolah saya merupakan sekolah SD negeri yang terletak ditengah kota. Pada mata pelajaran PAI di kelas, pemahaman tentang materi pendidikan agama islam banyak peserta didik yang belum memahami dan tidak melakukan kegiatan keagamaan dirumah, hal ini tergambar juga pada tiap kelas yang bisa membaca tulisan arab kurang dari 50% dan tidak melaksanakan kewajiban sehari-hari. Padahal seharusnya usia anak sekolah dasar merupakan usia dimana  usia yang sangat baik dalam membentuk karakter atau kebiasaaan yang baik dalam kehidupannya.

Dari adanya penemuan tersebut saya bercerita kepada guru senior dan teman sejawat untuk mengungkapkan ide membuat sebuah kegiatan yaitu membaca Asmaul Husna. Pemilihan Asmaul Husna sendiri dikarenakan dalam PAI terdapat materi yang memuat materi asmaul husna di setiap jenjang. Dari diskusi kecil tersebut guru senior dan teman sejawat setuju dan bersama guru senior kami sepakat bisa diangkat dalam rapat tahunan.

Akhirnya dalam rapat yang dilakukan pada awal pembelajaran 2022/2023 saya mengusulkan ide tersebut dan Bapak Kepala Sekolah menyetujui kegiatan tersebut. Dan disepakati bahwa kegiatan membaca Asmaul Husna dilakukan setiap hari kamis pagi di halaman sekolah pukul 6.30 WIB dan harus diikuti oleh seluruh siswa. Pembacaan Asmaul Husna dipimpin oleh Guru PAI, Kegiatan tersebut  terlaksana pada bulan agustus awal dan berjalan sampai saat ini.  

Setelah kegiatan tersebut berjalan dengan lancar saya menambahkan 1 kegiatan lagi setelah pembacaan Asmaul Husna yaitu Guru PAI secara bergantian menceritakan 1 Kisah Teladan dari para Nabi, Sahabat, Tokoh Islam atau Kisah keseharian yang mencerminkan teladan yang baik. Kami bersyukur kegiatan ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari peserta didik. Kegiatan ini masih berlangsung dan menjadi kebiasaan baik yang terus berjalan hingga saat ini.

 

2.      Bagaimana perwujudan menuntun yang saya lihat dalam konteks Sosial Budaya di daerah saya?

Perwujudan menuntun yang saya lihat terkait dengan konteks sosial budaya di daerah saya adalah terjadinya pertukaran kebudayaan antar satu tempat dengan lainnya. Pertukaran kebudayaan ini bukan berarti merubah atau menghilangkan kebudaayan tersebut namun hal ini akan semakin menguatkan jati diri bangsa.

Salah satu kegiatan di sekolah saya untuk pengenalan budaya daerah lain adalah dengan adanya kegiatan tari Remo yang dilaksanakan setiap hari Rabu pagi di halaman sekolah. Tari Remo yang sudah rutin dilakukan sejak Surabaya mencetak rekor MURI dunia ini mendapatkan antusias yang luar biasa dari peserta didik. Tari Remo yang berasal dari Jombang, Jawa Timur ini merupakan budaya yang harus di lestarikan dan dijaga oleh warga Indonesia, salah satunya dengan mengenalkan filosofi Tari Remo dan membangkitkan minat peserta didik untuk menjaga dan melestarikannya.

Mengingat saat ini budaya luar negeri sudah menjajah dan masuk Indonesia, jadi sudah seharusnya kita sebagai pendidik menanamkan dan mengedukasi peserta didik sejak dini agar mencintai seni dan budaya dalam negeri. Dan peran pendidik disini sangat penting sebab pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Disinilah peran penting pendidik untuk menuntun peserta didik di tengah maraknya budaya asing yang masuk ke Indonesia. Mengadopsi budaya asing itu boleh namun jangan lupa untuk menyesuaikan dengan identitas dan konteks yang ada di Indonesia.

 

3.      Mengapa Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman?

Pendidikan itu haruslah mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam  pelaksanaannya berdasarkan  lingkungan tempat tinggal peserta didik. Sumber belajarnya berasal dari lingkungan sekitar peserta didik. Jadi peserta didik lebih mudah mendapatkan pengalaman belajar karena sumber belajarnya berasal dari pengalaman hidup  dan keseharian di daerah peserta didik. Sumber belajar peserta didik yang tinggal di lingkungan pantai berbeda dengan sumber belajar peserta didik yang tinggal di lingkungan pesantren. Pendidik sebagai pamong harus bisa menuntun peserta didik sesuai dengan karakter lingkungan sekitar dimana peserta didik tinggal sebab karakter daerah tempat tinggal peserta didik juga berperan membentuk kepribadian peserta didik.

Misalnya : Lingkungan peserta didik yang tinggal di daerah pesantren. Sumber pembelajaran juga banyak  digali dari daerah tersebut. Keseharian santri yang hidup di pesantren dengan cara berbagi kamar, berbagi tempat tidur, berbagi makanan, berusaha menjaga kerukunan dalam interaksi keseharian, berdoa setiap memulai kegiatan, pembiasaan antri, tertib beribadah dan mengaji, saling membantu, dan lain-lain. Ini menunjukkan adanya sifat baik, saling menghormati, saling membantu, beriman dan disiplin. Perilaku dari peserta didik pesantren ini juga dapat diterapkan di kelas saat pembelajaran di sekolah.

Seluruh kegiatan yang dilakukan di Pesantren banyak manfaatnya untuk diterapkan di kelas dan di sekolah. Misalnya, saat bertemu guru mengucapkan salam, sebelum memulai pelajaran berdoa dulu, menyelesaikan tugas tepat waktu, antar peserta didik saling membantu apabila ada yang menemukan kesulitan, suka berbagi, dan lain-lain.

Sedangkan kodrat zaman lebih kepada bagaimana seorang guru mampu membimbing peserta didik memasuki abad 21. Maksudnya pendidikan yang dilalui peserta didik sesuai dengan zamannya.  ilmu itu memang harus mengambil dari berbagai sumber. Mengambil ilmu harus keluar dari zona nyaman kita. Kita harus menambah terus pengetahuan kita. Ki Hajar Dewantara sendiri memodelkan pendidikannya banyak mengambil konsep konsep pendidikan luar, Seperti Maria Montessori,  Froble atau Rabindranath Tagore. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara “Konvergensi”. Namun meskipun beliau mendorong kita untuk belajar dari luar, ada prinsip lain yaitu “Konsentris” Belajar dari luar itu boleh harus malah, tapi jangan lupa disesuaikan juga dengan identitas dan konteks yang ada di hidup kita masing-masing. Ki Hajar Dewantara sendiri, meskipun sudah banyak mengambil ilmu dari luar lalu membuat filosofi sekeren itu namun prakteknya tetap disesuaikan sama konteks Indonesia di zaman itu.

 

4.      Apa Relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada peserta didik” dalam peran saya sebagai pendidik?

Sebagai seorang pendidik dalam mentransfer pengetahuan dan keterampilan maupun sikap mengutamakan serta menghargai keunikan, karakteristik yang berbeda-beda dari masing-masing peserta didik. Pendidikan yang memanusiakan dan memerdekaan adalah konsep pendidikan yang mengantarkan peserta didik didik pada pertumbuhan dan perkembangan dalam menemukan, mengembangkan, serta menjadikan peserta didik didik sebagai manusia yang utuh dan penuh atas dirinya. dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi minat dan bakat yang dimiliki setiap peserta didik. Guru tidak lagi berperan sebagai sumber utama dalam pengetahuan, melainkan pendidik seharusnya berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses pembelajaran dan melayani kebutuhan peserta didik didik dengan memenuhi hal yang bisa membuat peserta didik didik tersebut berkembang secara optimal salah satunya adalah membuat suasana nyaman untuk belajar

 Menyiapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik serta menyediakan media yang kekinian dan menyenangkan akan menumbuhkan dalam diri peserta didik rasa senang dan bahagia saat proses belajar berlangsung. Kondisi ini akan bisa memudahkan mereka untuk menyerap ilmu pengetahuan sehingga akan membawa hasil yang memuaskan. Sebab jika peserta didik sudah nyaman maka akan memiliki perasaan yang senang dan jika sudah senang maka apapun yang dilakukan adalah memaksimalkan potensinya supaya tercapai.

Jadi Pendidikan itu bukan untuk merubah kodrat manusia, namun pendidikan itu lebih kepada membantu peserta didik untuk memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri.